Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?
.

Awas, Uang Kertas Mengandung Racun Penyebab Impotensi

Written By RUZH on Thursday, August 11, 2011 | 2:07 PM

Penyimpanan struk belanja bersamaan dengan uang kertas di dompet atau kantong telah menyebabkan uang kertas di seluruh dunia terkontaminasi bahan beracun BPA (Bisphenol-A). Jumlah kandungan BPA tertinggi ditemukan pada uang kertas Brasil dan terendah Filipina.

BPA adalah bahan yang sangat beracun bagi tubuh yang bisa merusak otak, saraf dan menyebabkan beberapa penyakit seperti jantung, kanker dan impotensi pada pria. BPA juga dapat mengganggu endokrin, yang berarti meniru hormon seks estrogen.

Kini studi baru menemukan bahwa zat beracun yang banyak ditemukan pada beberapa botol plastik, kertas struk, peralatan olahraga, elektronik rumah dan produk lainnya itu, juga terdapat pada uang kertas yang sangat umum digunakan orang untuk proses jual beli.

Dalam studi baru ini, para ilmuwan mempelajari 156 uang kertas dari 21 negara dan menemukan bahwa semua uang kertas tersebut mengandung paparan BPA, seperti dilansir Sciencedaily, Kamis (11/8/2011).

Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat BPA tertinggi ditemukan pada uang kertas yang berasal dari Brasil, Republik Ceko dan Australia. Sedangkan yang terendah terdapat pada uang kertas dari Filipina, Thailand, dan Vietnam. Uang kertas dari Amerika Serikat berada pada level rata-rata.

Peneliti menemukan sumber BPA pada uang kertas paling mungkin berasal dari kertas termal yang biasanya digunakan untuk kertas struk di kasir. Racun BPA bisa berpindah ketika kasir menyimpannya di dekat uang atau menyentuh kertas termal sebelum memegang uang kertas.

"Meskipun tingkat tinggi BPA terukur pada uang kertas, tapi penyerapan eksposur melalui kulit tampaknya kecil," jelas peneliti.

Namun peneliti menyarankan agar konsumen supermarket atau orang yang memegang uang kertas selalu mencuci tangannya sehabis berbelanja dan hindari memegang makanan langsung dari tangan.

Hasil studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Environmental Science & Technology.

0 komentar:

Post a Comment