Menunaikan puasa pada bulan Ramadan wajib hukumnya untuk Muslim yang telah memenuhi syarat. Tak terkecuali ibu hamil dan ibu menyusui, dengan catatan setelah berkonsultasi dengan dokter. Namun Allah telah memberikan keringanan kepada ibu hamil dan menyusui dengan membolehkan berpuasa di luar Ramadan atau dengan membayar fidyah.
Menyusui adalah fitrah yang dimiliki oleh sebagian besar perempuan. Kemampuan seorang ibu untuk berpuasa pada masa-masa menyusui berkaitan erat dengan kondisi kesehatannya. Kesehatan ini berkaitan erat dengan pola hidup dan pola makan, apalagi pada bulan Ramadan.
Asupan gizi pada ibu menyusui harus memadai untuk mensuplai Laktasi yang dibutuhkan oleh sang bayi.
Perbedaan paling signifikan pada bulan Ramadan adalah waktu makan. Ibu yang biasanya makan pagi, siang, dan malam harus mengubah jam makan pada waktu sahur dan berbuka. Oleh sebab itu, dua waktu makan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan memaksimalkan asupan gizi pada dua waktu makan tersebut.
Sebenarnya saat berpuasa, ASI yang dihasilkan ibu menyusui tidak akan berubah dan berkurang kualitasnya karena saat berpuasa tubuh akan melakukan mekanisme kompensasi. Produksi ASI akan diambil dari zat gizi, yaitu energi, lemak, protein, vitamin dan mineral dari tubuh sang ibu. Penggantian zat-zat tersebut akan terjadi pada saat berbuka sehingga ibu menyusui akan tetap sehat.
Ibu menyusui harus tetap makan tiga kali sehari, saat sahur, berbuka dan setelah tarawih. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan cadangan ASI dalam tubuh. Makanan dengan komposisi gizi berimbang, karbohidrat (nasi, roti, kentang), protein (ikan, telur, tempe, tahu), vitamin-mineral (sayur dan buah) dan lemak (daging sapi, daging ayam, susu) juga harus menjadi perhatian.
Berikut beberapa tips mempertahankan kualitas dan kuantitas ASI saat puasa Ramadan:
1. Memperbanyak konsumsi cairan
Saat berpuasa cairan berkurang sebanyak 2 sampai 3% dalam tubuh. Tubuh menyesuaikan diri dengan mengurangi keringat dan produksi urine. Berbuka dengan minuman manis dan hangat akan merangsang kelancaran ASI bagi ibu menyusui. Meminum susu dapat menjadi alternatif untuk menambah energi dalam tubuh. Teh manis hangat, jus dan kurma dapat memberikan energi lebih bagi tubuh ibu menyusui.
2. Menyeimbangkan komposisi gizi pada menu makanan
Pada dasarnya tubuh ibu menyusui memerlukan 700 kalori setiap harinya. Pada saat berpuasa 70% dari jumlah kalori yang dibutuhkan ini didapat dari makanan yang dikonsumsi oleh ibu. Sisanya didapat dari cadangan energi yang tersimpan dalam tubuh. Mengonsumsi makanan bergizi pada saat sahur, berbuka dan setelah tarawih harus dipertahankan.
Sebagai alternatif menu, satu porsi opor ayam sekitar 200 gram, mengandung 700 kalori. Santan pada opor memiliki kandungan kalori yang sangat tinggi. Jika dengan kuah, satu porsi opor mengandung 700 kalori, tapi ayamnya hanya mengandung 200 kalori. Satu potong rendang dengan berat 340 gram, mengandung lebih dari 800 kalori. Segelas es buah dengan ukuran 180 ml mengandung 173 kalori.
3. Istirahat yang cukup
Pada saat bayi menyusui syaraf di permukaan payudara memberikan rangsangan ke kelenjar otak untuk memproduksi dua hormon yang memicu produksi ASI. Dua hormon ini adalah Prolaktin dan Oksitosin.
Hormon Prolaktin membuat sel-sel dalam payudara untuk memproduksi ASI. Sedangkan hormon Oksitosin menyebabkan otot-otot payudara berkontraksi dan memompa ASI keluar dari puting.
Aktivitas ini memperlihatkan bahwa jumlah ASI akan terus bertambah sepanjang bayi tetap menyusui. Efeknya ibu yang berpuasa akan lemas setelah menyusui. Beristirahat sejenak akan mengembalikan energi pada ibu. Tidak lupa secara psikologis, keyakinan bahwa ASI akan tetap lancar selama berpuasa juga harus tetap dikuatkan. Ini berpengaruh besar pada produksi ASI. (tribun)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment